Langsung ke konten utama

Risk in Partnership

“If you disperse energy in speech, it doesn't leave you too much over for action.” 



Setelah memakan waktu seminggu untuk menyelesaikan membaca buku kedua dari kasus-kasus pelacakan Daud Hakim dan Trista, walaupun sedikit terhambat oleh beberapa kesibukan lainya, akhirnya saya akan menulis resensi dari buku kedua dari koleksi kasus inspektur polisi Daud Hakim dan pacarnya A.K.A anak dari atasan nya Trista.

Dibuku yang pertama, para pembaca dibawah bertualang dalam dunia pelacakannya daud hakim yang dibantu oleh pacarnya , seorang contributor majalah TREND yang pindah dari Jakarta ke Surabaya untuk bisa bersama dengan orang tuanya dan secara tidak langsung bersama dengan pacarnya.
Sangat sulit bagai saya untuk tidak membandingkan buku yang kedua ini dengan buku yang pertama. Karena jarak waktu saat membaca kedua buku ini cukup dekat. Mungkin bila saya membaca buku ini disaat terbit untuk pertama kalinya, (kedua buku ini dulunya terbit dalam 5 seri), maka perbandingan yang akan saya lakukan mungkin juga berbeda. Tapi mari kita melihat dalam konteks dua buku ini sebagai kesatuan dan secara terpisah.

Di buku yang kedua ini, masih tetap berkutat tentang penyelidikan yang dilakukan seorang polisi muda baik itu kasus yang biasa saja, maksudnya tanpa ada korban yang meninggal atau pun sampai ke kasus yang lebih berat lagi yaitu pembunuhan berantai.
Di kasus awal Matinya seorang Pelajar, daud hakim diperhadapkan pada kematian seorang siswa penjaga perpustakaan yang tiba-tiba menghilang dan kemudian keesokan harinya di temukan tewas di sebuah selokan. Untuk kasus yang mengawali buku ini, saya merasa cukup familiar dengan setting ceritanya karena saat membaca cerita ini, saya bertepatan berada di perpustakaan sekolah dengan begitu, imajinasi konteks cerita begitu mudah. Walaupun inti misteri dari cerita ini terlalu mudah dan kurang menggigit.

Dalam Misteri Matinya Seorang Mitra, kasus ini di awali dengan penggambaran tentang dua orang mitra yang bukan disatukan karena bisnis, tapi di satukan oleh nasib yang sama. Membuat Tarida dan Okra bersatu untuk mendirikan usaha bersama, tapi itu berakhir karena faktor yang sangat klasik yaitu kecemburuan . kecemburuan yang membawa salah satu diantara meninggal . trik alibi waktu , dengan tersangka utamanya memiliki alibi sempurna. Tapi sayangnya kisah ini bukan berakhir dengan Alibi Crack-ing tapi mencari siapa sebenarnya yang bohong .

Sama halnya dengan beberapa kasus lainnya, ada beberapa premise yang pada dasarnya bagus dengan mimic yang cukup untuk menjadi sebuah setting cerita misteri yang mumpuni seperti pada jamuan yang terakhir bagaimana tidak ini mengingatkan kita pada setting-an misteri zaman Golden age yang klasik. Hari Lotar yang adalah pimpinan sebuah perusahaan meninggal karna racun sianida didepan ratusan koleganya yang menjadi saksi mata dalam sebuah jamuan makan. Dengan premis yang lumayan meyakinkan ,Closed –Circle dan  Poisoning Trick Murder, tapi  sayangnya kurang di segi trik yang digunakan . bahkan saya sempat mencoba memikirkan trik lain yang setidaknya cukup membuat kasus ini menjadi highlight dari keseluruhan buku, tapi sayangnya bukan saya penulisnya (mungkin akan saya buat dengan versi saya sendiri , hahhaha).

Pembunuhan dikamar 314, trik klasik dengan premise kembar sangat mudah namun cukup menarik . Ada juga kasus Pembunuhan gadis-gadis berambut panjang  dengan mendengar judulnya saja, kita bisa mengetahui bahwa ini merupakan sebuah kasus pembunuhan berantai. Dua orang siswa berambut panjang , dibunuh dan diperkosa dengan cara yang sama,  kemudian mayatnya dibuang  ditempat yang berdekatan. Cerita yang lumayan dari segi misteri dan penalaran yang harus digunakan untuk mencari tahu pelakunya, walaupun masih terlalu  mudah namun cocok untuk setting cerita.

Dalam Matinya seorang gay  sekali lagi premise yang bagus namun trik dan unsur Fair-Playnya kurang. Seorang laki-laki yang diduga penyuka sesama jenis , meninggal  dan diduga bunuh diri meloncat dari lantai 7. Namun semua dugaan ini sirna setelah seorang saksi melihat bahwa korban tidak berdiri sendiri sesaat sebelum jatuh . cerita ini sedikit banyak hanya berakhir di cara menjebak pelaku .
Secara keseluruhan, di buku kedua ini jujur saja kurang di segi misteri nya dibanding dengan buku yang pertama . namun  S Mara Gd di buku kedua ini terlihat ingin untuk pembaca nya lebih memperhatikan para karakter utama, baik interaksi  antara Daud hakim dengan trista , dimana mereka berdua semakin ekstrim dalam hal mencoba untuk melibatkan diri dalam bahaya tanpa memperhatikan resiko . walaupun mungkin saja mereka dalam hal ini Daud Hakim mempergunakan wewenang nya sebagai penegak hukum dan membawa backup dalam penangkapan , tapi dengan berani nya dia berusaha melakukannya sendiri.

Yang menjadi pembeda antara buku yang pertama dan kedua ini, kalau dibuku pertama, ceritanya bisa dibilang Cozy Mystery dimana keadaan yang nyaman  berubah menjadi buruk saat pembunuhan atau kasus criminal terjadi dan berubah menjadi bahagia kembali setelah kasusnya terpecahkan misalnya Ngao Marsh , Dorothy L Sawyer atau pun Agatha Christie , untuk nama terakhir, S Mara Gd pernah menjadi penerjemahnya. Tapi tidak di instalment kedua ini. Kelihatan S Mara Gd ingin mengeksplorasi perasaan pembaca untuk turut prihatin saat Sleuthnya dalam masalah . unsur Suspense dan Thriller di setiap akhir cerita semakin di tingkatkan . hampir semua kasus berakhir dengan Daud Hakim ataupun Trista dalam masalah yang sedikit banyak karna kemauan mereka sendiri.

Perbadingan atau bisa dikatakan perkembangan dari buku pertama ke buku kedua ini , selalu dibuka dengan konteks para pe lakon dan susunan pelaku dengan keadaan sosial masing-masing, sebuah awal yang cukup mirip dengan pembukaan Columbo atau Furuhata Ninzaburou, tapi bukan merupakan Inverted Mystery.  sayangnya perkembangan ini mengarah pada sisi yang saya secara pribadi kurang sukai. Karna disini Police Procedural  lebih ditekankan dengan unsur Thriller dan Suspense di setiap akhir cerita dari pada Whodunnit dan Fair-Play Mystery dengan trik dan alibi yang mencengangkan para pecinta misteri nya

Buku kedua ini lumayan di segi setting cerita yang lumayan beragam , karakterisasi yang mulai ditingkatkan namun bukan sebagi fokus utama , buku kedua yang cukup untuk para pengemar S Mara Gd namun masih kurang mengigit di sisi misterinya secara keseluruhan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suicidal Note to The Murderer

“They would have been twice as thorough as usual. Suicide is a difficult thing to have to accept—” Robert Galbraith The Cuckoo's Calling (2012) I clearly make an embarassed mistake, I think the birthday of John Dickson Car is (30/10), so I finish the book really quick to chase the deadline. So, (30/11) is the real 110th  birthday of the Grandmaster of the locked room Mystery. John Dickson Carr. And to celebrate that, JJ from https://theinvisibleevent.wordpress.com/ , invite a Carr fans or mystery fiction fans in general to submit something Carr-related. And I as a novice reader of Carr legacy, think it seems like fun to join the festivity. as the beginning for me, I usually start a series chronologically like in Sherlock Holmes, Poirot, and Ellery Queen but I make my exception not to choose “Hag’s Nook”(1933) instead of prefer “The Case of The Constant Suicide”(1941). Though I just finished reading the day before (29/10) D-Day, because some  kind of busyness. In a train

The Hawk,Dove and Raven

“Dead men are heavier than broken hearts.”  Raymond Chandler ,  The Big Sleep Dalam rangka mengisi liburan seminggu karena lebaran , saya berencana untuk membaca kira-kira 3 buku atau lebih untuk diselesaikan dalam seminggu ini  rencananya semuanya novel Misteri kecuali mungkin Metamorphosis-nya Kafka yang sudah 50% . dari beberapa buku yang sementara dibaca,buku  pertama yang  selesai adalah buku dari Sidik Nugroho, Tewasnya Gagak Hitam. Seorang pengarang ditemukan tewas di sebuah kamar kost yang baru beberapa hari ditempatinya di Singkawang , tanpa barang-barang pribadi yang banyak, hanya barang Default dari kamar kos tersebut. Gantung diri adalah penyebab kematiannya dan bunuh diri itu yang diyakini oleh para penyidik , tapi tidak dengan Elang Bayu Angkasa , seorang  pelukis freelance yang penasaran mengenai berita ini di koran yang dibacanya di sebuah warung kopi dan tak habis pikir , kenapa harus seorang pengarang? Tapi kenapa tidak? Dari rasa penasaran nya itu akhirnya E

Chain of The Queen

“ Pure reasoning has it that when you have exhausted every possibility but one in a given equation that one, no matter how impossible, no matter how ridiculous it may seem in the postulation—must be the correct one” Ellery Queen , (The Roman Hat Mystery ,1929) Akhirnya bisa memuat posting-an Blog setelah waktu yang lama. Pengaruh malas pastinya. Tapi kali ini karena akhirnya bisa menulis sesuatu mengenai  mystery fiction,  harus menulis tentang konten yang layak. Dan yang  dimaksud dengan layak disini adalah novel pertama yang ditulis oleh dua saudara sepupu Frederic Dannay dan Manfred Lee atau yang lebih akrab dikenal dengan nom de plume sama seperti protagonist-nya Ellery Queen. Dengan novelnya The Roman Hat Mystery (1929) Saya akan sedikit mengikuti cara menulis blogger favorit saya untuk memisahkan antara penulis dan karakter, Ellery untuk Karakter dan Queen untuk Penulis. Di Indonesia sendiri, nama Ellery Queen mungkin sangat jarang didengar. Kalah terkenal diband