Langsung ke konten utama

The Hawk,Dove and Raven

“Dead men are heavier than broken hearts.” Raymond ChandlerThe Big Sleep

Dalam rangka mengisi liburan seminggu karena lebaran , saya berencana untuk membaca kira-kira 3 buku atau lebih untuk diselesaikan dalam seminggu ini  rencananya semuanya novel Misteri kecuali mungkin Metamorphosis-nya Kafka yang sudah 50% . dari beberapa buku yang sementara dibaca,buku  pertama yang  selesai adalah buku dari Sidik Nugroho, Tewasnya Gagak Hitam.

Seorang pengarang ditemukan tewas di sebuah kamar kost yang baru beberapa hari ditempatinya di Singkawang , tanpa barang-barang pribadi yang banyak, hanya barang Default dari kamar kos tersebut. Gantung diri adalah penyebab kematiannya dan bunuh diri itu yang diyakini oleh para penyidik , tapi tidak dengan Elang Bayu Angkasa , seorang  pelukis freelance yang penasaran mengenai berita ini di koran yang dibacanya di sebuah warung kopi dan tak habis pikir , kenapa harus seorang pengarang? Tapi kenapa tidak? Dari rasa penasaran nya itu akhirnya Elang bisa terlibat dalam penyelidikan kematian si pengarang, bukan karena kemampuan deduksi nya sekelas Sherlock, atau memiliki ayah seorang polisi seperti Ellery , atau mempunyai Photographic Memory seperti Megumi, tapi karena dia adalah seorang pelukis yang menghubungi seorang polisi yang dikenalnya lewat facebook (?). Akhirnya untuk mengungkap misteri kematian gagak hitam ini, Elang harus terbang jauh dari Pontianak , Singkawang ke ibukota Jakarta, penyebabnya seorang dokter wanita  meninggal gantung diri di Jakarta dengan tulisan “Merpati Putih Menyusulmu”. 
tewasnya-gagak-hitam
Elang yang merupakan tokoh utama disini, digambarkan sebagai seorang pelukis  rupawan , easy-going, pandai mengoda wanita, dan antara lumayan-dan-buruk dalam  berdusta namun selalu yakin kalau dia adalah pendusta yang handal.  Elang selalu percaya kemampuan social-Engineering-nya berada diatas rata-rata, beradasarkan pada apa yang diterapkannya pada orang kurang waras (?) yang akhirnya menjadi blunder dalam penyamarannya.  Dan satu lagi yang sangat mencolok dari elang seorang mata keranjang dengan pikiran bejat . karena hampir setiap kali Elang melihat wanita cantik, Elang berubah bagai Elang yang siap menyantap mangsanya. Mungkin pengaruh kesepian yang butuh belayan. 

Saya pribadi tidak terlalu ingin membahas buku secara karakter.sebagai penggemar misteri , saya lebih menyukai membahas plot , hint, trick  dan sebagainya. Tapi saya mungkin sedikit  membahas tetang elang. yang menjadi kurang menarik disini , pembaca dibawah untuk ikut petualangan elang sebagai karakter utama. namun karakter elang ini one dimensional.  walaupun ada beberapa back story mengenai percaraian, kesepian namun kurang dalam dan terasa mengambang dalam segi pengambaran perasaan Elang mengenai apa yang harus dirasakan , dilemma yang sebenarnya harus di alami. Elang terlihat kurang pertimbangan dan sedikit serampangan dalam pengambilan keputusan.  
Mungkin tipe karakter seperti ini bisa di kaitkan dengan beberapa karakter novel hard-boiled  classic misalnya Phillip Marlow-nya Raymond Chandler atau ‘the Thin man’  nya Dashiell Hammet dengan kesan dark realistic . Namun Elang tak sedalam karakter-karakter itu. Bahkan jujur saja , karakter elang tidak terlalu menonjol di novel pertama . Elang tidak menunjukan kelebihan yang dimilikinya dibanding karakter lainnya. Hanya dikatakan elang memperhatikan detil tapi yang terlihat, malah elang serampangan dan mempergunakan kebohongan untuk menutupi kebohongan lainnya yang merupakan kelemahan dalam  memperhatikan detil  ironisnya Elang tidak bisa membuat alibi yang cukup bisa dipercaya bagi seorang yang dikatakan memperhatikan detil.  yang membuat Elang sedikit terlihat seperti karakter utama adalah karna entah kenapa Elang selalu mendapat dukungan dari orang-orang sekitarnya yang posisinya bisa saja diganti oleh seorang polisi biasa karna hal yang dilakukan elang termasuk yang mendasar bagi seorang polisi dalam menyidik .yang membuat pembaca bertanya , semudah itukah orang-orang awam bisa terlibat dalam pengungkapan kasus criminal ? apalagi bukti kasus  yang dengan mudahnya dibawah Elang ke hotelnya ? kenapa bisa demikian? 

Secara plot cerita misteri ,tidak mengigit.  sungguh tidak sesuai dengan harapan. Saat melihat sampul cerita yang sangat menarik ini, saya langsung beranggapan inilah cerita yang saya tunggu untuk saya baca. Premis yang meyakinkan, dua orang yang  bunuh diri tapi mungkin bukan bunuh diri dan mungkin berkaitan . anggapan awal saya mungkin ini akan menjadi novel yang mirip dengan logical Chain S.S van Dine,Ellery Queen atau Arisugawa Alice mungkin saja pembunuhan berantai seperti Messiah-nya Boris Starling dengan Alibi waktu, trick pembunuhan megah seperi soji Shimada atau mungkin Locked Room Mystery seperti John Dickson Carr atau Yukito Ayatsuji,  tapi sayangnya ini bukan tipe misteri yang saya senangi . not my cup of tea. Sebagai pencinta misteri yang fair-play, buku ini tidak memberikan apapun bagi saya . Tidak ada petunjuk yang mengarah kepada pelakunya, semua hal di TKP hanya merupakan detil perkara . semua terjawab tanpa perlu adanya pemikiran mendalam dari para pembaca. penulis pun tidak memberikan clue bagi pembaca untuk mengetahui siapa pelaku. Rasa penasaran diawal saya mulai habis di tengah novel  karna bahkan sebelum setengah dari novel, saya telah bisa menebak (karna tanpa mengunakan petunjuk pasti), siapa pelakunya karna tidak mungkin bukan dia . Dan bagian akhir dari novel ini tinggal cerita petualangan yang menegangkan untuk menjebak si pelaku lebih seperti bagian klimaks sebuah film action. Sehingga penjelasan diakhir terasa kurang menarik , karna seakan –akan muncul entah dari mana tanpa petunjuk yang ditanamkan sebelumnya .hanya menyisakan “oh … ok ” diakhir dibanding ”ahhh… ternyata seperti itu, kenapa tak terpikirkan ”saat membaca novel yang fair-play misalnya bab terakhir The Roman hat Mystery-nya Ellery Queen.  

Mungkin penulis memang berusaha untuk membuat cerita Thiller atau fiksi criminal  yang menegangkan bagi pembaca dan mengabaikan elemen misteri dari cerita. jika begitu penulis cukup berhasil membawa ketegangan dalam alur cerita novel ini .  secara keseluruhan walaupun beberapa hal yang menganjal secara pribadi  cerita novel ini cukup menarik , gaya penyampaian baik dan membuat pembaca ingin meneruskan membaca petualangan si Elang, baik petualangannya mencari petunjuk (karna memang bukan Elang yang mengunkap kasus) dan petualangan Elang dalam memikat wanita. Penulis juga memberikan tempat untuk  sekuel di akhir cerita dan semoga sekuelnya (Neraka diwarung Kopi)bisa lebih menarik dari cerita pembuka petualangan Elang ini.

Komentar

  1. Review yang bagus. Saya juga sependapat tentang aspek fair-play dan misteri dalam novel ini.

    Saya lihat juga blogger menulis salah satu penulis favorit saya, John Dickson Carr. Bahkan ada nama beberapa penulis novel Shin-Honkaku yang ditulis. Sepertinya blogger sudah berpengalaman terjun dalam literasi novel detektif/misteri.

    Jika ada waktu kunjungi juga blog saya di inurhadi.wordpress.com
    Di sana ada cerita bersambung (genre misteri tentunya). Dan saya cukup percaya diri untuk menyebutnya sebuah cerita yang fair-play.

    Oh ya. Nama saya Irfan. Salam kenal.. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah salam Irfan , saya Glint... iya memang mungkin mas Sidik tidak bertujuan untuk membuat sebuah cerita misteri yang kita inginkan. hehehe

      ngomong-ngomong tentang JDC, bertepatan nih ulang tahun ke 110nya dan saya menulis review dari the case of Constant suicide (partisipasi untuk event salah blogger luar pengemar JDC)

      http://glintjewas.blogspot.co.id/2016/10/suicidal-note-to-murderer.html
      saya juga suka dengan john dickson carr, kagum malahan dan shin-honkakku walau untuk mencari novel dari jepang rada sulit, nga ngerti bahasa jepang .. untungnya locked-room international udah menyediakan versi bahasa inggrisnya.biarpun baru beberapa .
      saya juga sementara menulis novel yang bertemakan Locked room mystery. hehe

      oke saya akan langsung berkunjung dulu ke blognya ya... :D
      salam kenal
      Glint.

      Hapus
    2. Jangan-jangan glint juga suka mantengin blognya JJ di theinvisibleevent.wordpress.com ya? Haaa, minat kita sama.. wkwk

      Iya, itu saya juga kepingin baca The Moai Island Puzzle - Alice Arisugawa. Sementara baru sempet baca terjemahannya Paul Halter dari LRI.

      Bagi saya JDC itu tokoh panutan dalam hal fiksi detektif, hehe.. :D

      Hapus
    3. Wah, kalau begitu mungkin kita akan jadi rival di masa depan. Hehe

      Saya juga sama, masih dalam tahapan menulis sebuah novel yang ada unsur locked-room mystery-nya (tapi bukan tema utama dari novel:spoiler).

      Ohya, cerita di blog saya itu juga ada locked-room mystery-nya tapi mungkin masih di bawah standar. Hhe, saya mohon masukannya. ^^

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. yaps sama... sering manteng di sana. hehe

    pengin banget malahan , tpi ngupulin duit buat purchase . wah udah baca Paul Halter, keren2. saya sih blum sempat.

    walaupun saya lebih ke Ellery Queen, tapi JDC juga panutanloh. :D

    asek Rival baru. klo novel saya sih temanya memang seputaran Imposible Crime di ruangan tertutup gitu, semoga tricknya bagus tapi jauhlah kalo lawannya JDC ato Paul Halter.

    ceritanya keren. (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti suka ngunjungin blognya TomCat juga di moonlight-detective.blogspot.com? hehe

      Yup, kemarin bela-belain beli The Seventh Hypothesis. Sayang unsur locked-room mistery-nya bukan sorotan utama di novel ini. Tapi menarik loh. Saya lumayan suka gaya penulisan M. Halter..

      Kalo saya masih blm begitu antusias sama EQ. Baru baca satu novelnya pula, The Greek Coffin Mystery. Ada rekomendasi?

      Haha, gapapa kan kita menulis sambil belajar.. ^^

      Wah, udah baca semuanya? Yg judul awalnya 'Suicide?' kan yang dibaca?

      Hapus
    2. tentu saja kalo TomCat mah... hehe bahkan kenal JJ dari TomCat. :D
      tapi katanya Paul Halter itu suksesornya JDC, klo ngak salah di TSH itu lebih di tekankan imposible crimenya di bandingkan Locked-room (blum baca juga sih)hehe

      wah klo aku sih, tipe cerita detektif yang aku suka se tipe Ellery karna Chain deductionnya, mau rekomendasikan The Greek Coffin Mystery ternyata udah baca, mungkin bisa coba yang The chinese Orange Mystery ato The King is Dead itu novel Ellery yang ada locked room tricknya...

      hehe mungkin bisa saling baca tulisan nantinya.

      sudah. ada beberapa bagian yang menarik tapi takut spoiler klo di sebutin ... heheh :D

      Hapus
    3. Haha, bener saya jg awalnya dari blog TomCat. Trus tahu blognya Ho-Ling dan JJ. Ketiga blog itu yg sering saya pantengin tiap minggunya.. ^^

      Kalo d TSH ada impossible disappearance sama impossible re-appearance. Tapi fokusnya lebih ke cat-and-mouse antara dua tokoh tersangka.

      Udah baca reviewnya belum? Sdikit spoiler aja, jd inti ceritanya itu adalah taruhan antara dua orang (sebut saja A dan B). Salah satu dr mereka (katakanlah A) harus melakukan pembunuhan yang sangat rapi dan melemparkan tuduhan ke satunya lagi (B), sedang yang satunya lagi berperan jadi detektif yang mebuktikan bahwa bukan dia pelakunya tapi si A. Mereka lempar koin untuk bagi peran. Nah pas mereka ngerundingin taruhan itu ada yang nyaksiin, tapi orang itu gak lihat hasil lemparan koinnya bagaimana. Sialnya lagi, orang inilah yang mati terbunuh nantinya.

      Tersangkanya cuma dua, tapi M. Halter ngeramu ceritanya sedemikian rupa sehingga yg baca jadi ragu, jadi A atau B. Rekomended lah. Tapi kalau pengen cerita yang kental dengan impossible crime, mending jangan baca TSH dulu. The Fourth Door kayanya lebih kental dibanding TSH.

      Pengalaman saya baca EQ itu terasa agak lambat di plotnya. Saya juga suka chain-of-deduction dr Queen, tp kurang srek sama gaya penulisannya, entah kenapa. -__-"
      Mungkin belom terbiasa aja kali ya? Atau mungkin karena karakter EQ di novel2 awal agak mirip Philo Vance yg nyebelin dan saya benci. heu.. :3

      Sip, sip.. Bisa diatur, hehe ^^

      Haha, tinggalin komentar di laman blog saya aja padahal. Ada masukan atau kritikan? :D

      Hapus
    4. tapi kalau saya sih yang fav banget walau frekuensi postnya lebih sedikit, ho-ling... dia memang dedicated banget. pernah dulu di sempet-sempetin buat men-translate beberapa cerita jepang ke blognya (walau sekarang udah dihapus sebagian besar kayaknya).

      premisenya kelihatan keren... kayak short story yang pernah saya baca di antologi pulp entah apa judulnya (udah lama soalnya), jadi pengen baca P.Halter ...

      mungkin gaya tulisannya itu memiliki diksi lebih ke "american pre-war", yang agak bedah sama gaya tulis Golden Age yang lebih terpengaruh british bahkan JDC yang America, gaya tulisanya juga british banget.

      ya di awal-awal Ellery memang begitu flat, terlalu flat malahan. entah kenapa ceritanya dan inti misterinya begitu menantang, tapi aku lebih suka cerita yang berjudul negara dibanding saat ellery sudah di wrightvile, apa lagi pas di Hollywood. gaya menulis sih berkembang dan pemberian dimensi ke karakter terlihat lebih, tapi misterinya ngak kayak seri negara deh sayangnya. aku juga ngak terlalu srek dengan Philo, sama... hehehe

      can't wait!

      hahaha. benar juga :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suicidal Note to The Murderer

“They would have been twice as thorough as usual. Suicide is a difficult thing to have to accept—” Robert Galbraith The Cuckoo's Calling (2012) I clearly make an embarassed mistake, I think the birthday of John Dickson Car is (30/10), so I finish the book really quick to chase the deadline. So, (30/11) is the real 110th  birthday of the Grandmaster of the locked room Mystery. John Dickson Carr. And to celebrate that, JJ from https://theinvisibleevent.wordpress.com/ , invite a Carr fans or mystery fiction fans in general to submit something Carr-related. And I as a novice reader of Carr legacy, think it seems like fun to join the festivity. as the beginning for me, I usually start a series chronologically like in Sherlock Holmes, Poirot, and Ellery Queen but I make my exception not to choose “Hag’s Nook”(1933) instead of prefer “The Case of The Constant Suicide”(1941). Though I just finished reading the day before (29/10) D-Day, because some  kind of busyness. In a train

Chain of The Queen

“ Pure reasoning has it that when you have exhausted every possibility but one in a given equation that one, no matter how impossible, no matter how ridiculous it may seem in the postulation—must be the correct one” Ellery Queen , (The Roman Hat Mystery ,1929) Akhirnya bisa memuat posting-an Blog setelah waktu yang lama. Pengaruh malas pastinya. Tapi kali ini karena akhirnya bisa menulis sesuatu mengenai  mystery fiction,  harus menulis tentang konten yang layak. Dan yang  dimaksud dengan layak disini adalah novel pertama yang ditulis oleh dua saudara sepupu Frederic Dannay dan Manfred Lee atau yang lebih akrab dikenal dengan nom de plume sama seperti protagonist-nya Ellery Queen. Dengan novelnya The Roman Hat Mystery (1929) Saya akan sedikit mengikuti cara menulis blogger favorit saya untuk memisahkan antara penulis dan karakter, Ellery untuk Karakter dan Queen untuk Penulis. Di Indonesia sendiri, nama Ellery Queen mungkin sangat jarang didengar. Kalah terkenal diband