Langsung ke konten utama

Chain of The Queen


Pure reasoning has it that when you have exhausted every possibility but
one in a given equation that one, no matter how impossible, no matter
how ridiculous it may seem in the postulation—must be the correct one”
Ellery Queen , (The Roman Hat Mystery ,1929)

Akhirnya bisa memuat posting-an Blog setelah waktu yang lama. Pengaruh malas pastinya. Tapi kali ini karena akhirnya bisa menulis sesuatu mengenai  mystery fiction,  harus menulis tentang konten yang layak. Dan yang  dimaksud dengan layak disini adalah novel pertama yang ditulis oleh dua saudara sepupu Frederic Dannay dan Manfred Lee atau yang lebih akrab dikenal dengan nom de plume sama seperti protagonist-nya Ellery Queen. Dengan novelnya The Roman Hat Mystery (1929)

Saya akan sedikit mengikuti cara menulis blogger favorit saya untuk memisahkan antara penulis dan karakter, Ellery untuk Karakter dan Queen untuk Penulis.

Di Indonesia sendiri, nama Ellery Queen mungkin sangat jarang didengar. Kalah terkenal dibandingkan dengan Arthur Conan Doyle apalagi dengan Agatha Christie. Apakah itu disebabkan karena tidak ada cetakan terjemahan Ellery yang dicetak di Indonesia? bukan  itu sepertinya. Mungkin pengaruh cerita misteri di Indonesia mulai menurun kepopulerannya? karena berdasarkan riset pribadi, ternyata Ellery Queen pernah menjamah Indonesia melalui dua media. Pertama Buku Rocket (penerbit yang sudah tidak ada lagi) pernah merilis beberapa karya Ellery Queen di Indonesia misalnya Irama Neraka (double,double) di tuduh membunuh (Murderer is a fox)  dan the King is Dead bersamaan dengan kepopuleran Ian Fleming waktu itu. Kedua di TVRI, serial TV Ellery Queen yang hanya bertahan 1 musim di tanyangkan  beberapa kali.

Berdasarkan fakta itu, dua bersaudara ini lumayan dikenal di negara kita walaupun untuk orang-orang angkatan 60an akhir atau 70an awal. Tapi sekarang sedikit yang bisa mengerti jika kita bicara mengenai Ellery Queen. Sedangkan pengaruh mereka terhadap cerita mystery sangat besar. Baik itu buku, radio show apalagi TV dan pengaruhnya terhadap berbagai karya lainnya. Saya tidak akan membahas lebih luas lagi mengenai kedua bersaudara yang juga memiliki pen name Barnaby Ross ini, (mungkin nanti di post yang terpisah) tapi saya akan lebih mengerucut ke karya yang membuat dunia Mystery-Fiction mengenal mereka, The Roman Hat Mystery.

The Roman Hat Mystery adalah Novel yang di tulis pertama kali oleh Dannay dan Lee yang   dimasukan dalam sebuah kompetisi menulis dan sebenarnya menang tapi karena ada sesuatu dan lain hal penyelengara membatalkannya dan memberikan hadiah kepada penulis lain. Tapi beberapa waktu kemudian penyelenggara lomba tersebut bangkrut. oleh karena itu mereka (Queen) memberikan pada penerbit lain dan menerbitkan buku ini dengan nama pena sama seperti pemeran utamanya , Ellery Queen.

Sesuai dengan judulnya, plot novel ini berkutat dan berkaitan erat dengan topi tapi bukan topi Romawi, Roman disini adalah Teater tempat seorang pengacara Monte Field menonton pertunjukan “Gunshot” dan di interval kedua ditemukan tewas karena racun. Dan tanpa topi.  Nantinya investigasi ini akan berputar di bagaimana cara mereka menemukan topi dengan berbagai macam usaha dari para penyidik. Investigasi dalam kasus ini di pimpin oleh inspektur Richard Queen, seorang polisi paruh baya New York yang disegani para bawahannya. Mencari petunjuk dimana seluruh Teater dengan ratusan penonton menjadi suspect dan  dengan petunjuk utama topi yang hilang diantara ratusan saksi.  Tapi dia tidak bekerja sendiri dia ditemani oleh bawahan-bawahan yang cekatan dan diberkati dengan seorang anak kandungnya yang adalah penulis dan penggila buku, Ellery Queen.

Yang menarik dari novel pertama ini, adalah present atau kehadiran dari si master Detektif Ellery sangat sedikit. Terlihat dia menjadi seperti bayangan dari bapaknya. Bahkan Ellery tidak hadir di klimaks walaupun dialah yang memecahkan keseluruhan kasus ini. Awalnya terlihat seperti cerita dari Richard Queen dibanding Ellery. Karena dalam penyidikan kebanyakan ditangani dan kita mengikuti gerak-gerik dari inspektur Richard Queen untuk mencari lokasi topi yang hilang, mengiterogasi saksi, mengerakan sekian banyak polisi, dan DA (penuntut umum), juga interaksi dengan sekian banyak orang. Sedangkan anaknya yang sebenarnya adalah Protagonist utama di cerita ini, bergerak dalam bayang-bayang. Walaupun akhirnya dia pulalah  yang memecahkan kasus dengan rangkaian deduksi yang brilian. Aku sempat terpikir awalnya apakah Ellery hanya merupakan delusi dari pemikiran Richard Queen dan bukan sebuah entitas manusia yang nyata. Tapi beruntungnya , Ell mendapatkan tempat yang lebih layak di cerita-cerita selanjutnya sebutnya sequel novel ini French Powder Mystery. Ellery lebih terlihat seperti detektif yang semestinya.

Aku juga sempat membaca bahwa Queen memiliki fetish akan objek. Dan jika demikian itu menjelaskan banyak hal. Pencarian besar-besaran terhadap sebuah objek kemudian menjadi semacam troupe bagi novel-novel Ellery Queen selanjutnya. didunianya Queen, orang-orang suka menyembunyikan objek dan para investigator sangat suka mencarinya.

Dalam novel ini banyak sekali karakter yang diperkenalkan baik itu saksi, tersangka bahkan beberapa karakter pendukung lain. Juga para anggota polisi. Untung saja di halaman awal Queen menulis daftar nama karakter juga lengkap dengan denah teater yang sangat membantu untuk memecahkan kasus ini.

 Nah yang sangat menarik dari novel ini adalah ke-Fairplay-an plot. Karena kita tahu Queen sangat terpengaruh oleh S.S Van dine dimana Fairplay adalah faktor penting dalam fiksi misteri. ke-Fairplay-an itu  dirancang dengan bagus di cerita ini. di sepanjang cerita kita seperti hanya mengikuti police procedural pencarian topi, tapi ternyata petunjuk penting bertebaran (tapi tak sebaik novel Queen yang lain)  dan itu sangat berpengaruh jika ingin untuk memecahkan kasus dengan kemampuan kita sendiri. dan yang terpenting, adalah rangkaian deduksi ala Queen diperkenalkan di Novel ini. Dimana elimination method of deduction menjadi kewajiban dan menjadi point utamanya. Sebut saja seperti ini. Pelaku memiliki karakteristik X, Y dan Z dan setelah kita deduksi selain karakter A dan hanya karakter A yang memiliki ciri-ciri seperti itu, maka dialah pelakunya. Tapi  tak semudah itu. Karena rangkaian deduksi di novel ini lumayan komplek untuk dengan mudah dipecahkan tapi semua akan mengerucut ke hanya satu karakter saja jika mengunakan deduksi dengan benar.


Tapi bagi saya, daya tarik utama di novel ini tidak lain dan tidak bukan adalah Challenge to the reader. Saya sangat senang saat sebuah novel berhenti di tengah-tengah hanya untuk “Stop! Semua petunjuk telah tersedia, saatnya untuk memikirkan semuanya”. Dan ini sangat unik. Kita bisa melihat banyak yang melakukan hal yang sama, apalagi jika mengambil contoh di Jepang. Karena di sana, Ellery Queen sangat dipuja bahkan sampai sekarang. Sebut saja para penggerak Shin-Honkkaku (new Golden Age Mystery) di jepang. Shoji Shimada di debutnya “Tokyo Zodiac Murder” memasukan bahkan dua Challenge to the reader, kemudian ada Alice Arisugawa dan Norizuki Rintarou (dua-duanya bisa dikatakan Ellery Queen-nya jepang). Bukan hanya itu bisa dilihat juga di manga Conan, Q.E.D , DDS dan Kindaichi(mereka sangat terpengaruh oleh  Queen) walau tidak begitu explicit tapi saat mereka mengatakan “semua misteri telah terpecahkan ” konten Challenge to the reader ini ada.

Secara keseluruhan novel ini adalah novel yang menarik, berisikan konten misteri yang mumpuni, memberi contoh pengunaan chain deduction yang keren yang dan  sekarang sulit di temukan di novel misteri era ini.  Walau karakter diluar Inspektur Queen terkesan Bland, tapi tidak masalah karena Queen memperbaikinya  di novel selanjutnya. Bukan novel Queen terbaik tentu saja tapi tetap menarik untuk dibaca, karena saat pembaca ditantang oleh penulis itulah saat terbaik untuk melawan balik. entah apa maksudnya. hehe  Ini juga merupakan Novel Ellery Queen yang pertama bagi saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suicidal Note to The Murderer

“They would have been twice as thorough as usual. Suicide is a difficult thing to have to accept—” Robert Galbraith The Cuckoo's Calling (2012) I clearly make an embarassed mistake, I think the birthday of John Dickson Car is (30/10), so I finish the book really quick to chase the deadline. So, (30/11) is the real 110th  birthday of the Grandmaster of the locked room Mystery. John Dickson Carr. And to celebrate that, JJ from https://theinvisibleevent.wordpress.com/ , invite a Carr fans or mystery fiction fans in general to submit something Carr-related. And I as a novice reader of Carr legacy, think it seems like fun to join the festivity. as the beginning for me, I usually start a series chronologically like in Sherlock Holmes, Poirot, and Ellery Queen but I make my exception not to choose “Hag’s Nook”(1933) instead of prefer “The Case of The Constant Suicide”(1941). Though I just finished reading the day before (29/10) D-Day, because some  kind of busyness. In a train

The Hawk,Dove and Raven

“Dead men are heavier than broken hearts.”  Raymond Chandler ,  The Big Sleep Dalam rangka mengisi liburan seminggu karena lebaran , saya berencana untuk membaca kira-kira 3 buku atau lebih untuk diselesaikan dalam seminggu ini  rencananya semuanya novel Misteri kecuali mungkin Metamorphosis-nya Kafka yang sudah 50% . dari beberapa buku yang sementara dibaca,buku  pertama yang  selesai adalah buku dari Sidik Nugroho, Tewasnya Gagak Hitam. Seorang pengarang ditemukan tewas di sebuah kamar kost yang baru beberapa hari ditempatinya di Singkawang , tanpa barang-barang pribadi yang banyak, hanya barang Default dari kamar kos tersebut. Gantung diri adalah penyebab kematiannya dan bunuh diri itu yang diyakini oleh para penyidik , tapi tidak dengan Elang Bayu Angkasa , seorang  pelukis freelance yang penasaran mengenai berita ini di koran yang dibacanya di sebuah warung kopi dan tak habis pikir , kenapa harus seorang pengarang? Tapi kenapa tidak? Dari rasa penasaran nya itu akhirnya E